Narasumber 1
Nama : Halimah
Usia : 30 tahun
Profesi : Pedagang Mi ayam di
alun-alun Batu
Asal : Jl. Pattimura - Batu
Jualan
di Batu sejak tahun 2000 sebelum Batu menjadi Kota Wisata.
Pewawancara : Perbedaan kota Batu dulu dengan sekarang,
kota Batu menjadi kota Wisata?
Halimah : Kalau dulu lebih ramai, kalau
sekarang ya ramai banyak wisatawan, tapi ya kalau yang datang beli itu
berkurang. Dulu kan disini (sebelah alun-alun, daerah delman) ada paguyuban
pakai tenda, terus alun-alun ini jadi PKL ndak boleh jualan disini terus
direlokasi ke BTC (Batu Tourism Center), tapi lama-lama pedagang yang di BTC
keluar soalnya biaya sewa tempatnya itu mahal, selain itu juga lokasinya jauh
dari alun-alun, ketutupan sama ruko-ruko juga jadi ya sepi.
Pewawancara : Bagaimana dampak dari perkembangan kota Batu
yang dulu hingga sekarang jadi kota wisata Batu?
Halimah
: semakin banyak persaingan
jualan itu, jadikan konsumen agak berkurang, apalagi kalau sore di trotoar
alun-alun sebenarnya kan gak boleh tapi pedagang banyak yang turun ke jalan.
Jadi yang jualan di tempat yang sebenarnya kayak kita ini ya sepi.
Perkembanganya
ya positif karena wisatawan banyak yang datang, nggak hanya dari lokal tapi
dari luar ya banyak.
karena
sekarang kan banyak wisatanya di Batu, kalau dulu hanya cangar, songgoriti,
coban rondo, itu-itu saja sekarang jadi banyak, ada musium angkut, eco green
park jadinya orang-orang itu wisatanya nggak hanya ke
Pewawancara : kalau dulu sebenarnya kota Batu kan
masyarakatnya Agraris (berkebun, punya lahan pertanian) sekarang karena kota
Batu dijadikan sebagai kota Wisata jadi banyak masyarakat yang beralih profesi,
jadi masyarakat industri. Bagaimana pendapat mbak?
Halimah : kalau udara jujur sejukan dulu,
sekarang ini Batu panas,banyak bangunan, dari yang dulu perkebunan, persawahan
sekarang sudah jadi kavlingan buat kontrakan. Kalo saya sebagai orang Batu itu
ya itu sudah nggak dingin. Malam juga sudah nggak dingin, kalau dulu tidur
harus selimutan sekarang nggak perlu, soalnya sudah panas udaranya.
Pewawancara
: bisa dibilang Batu dulu itu kan masyarakatnya agraris, lalu sekarang jadi
industri pasti berdampak pada masyarakatnya, nah itu bagaimana mbak menyikapi?
Halimah : dampaknya itu ya memang agak negatif
sekarang, anak smp itu banyak kan kasus-kasus di koran. Misalnya yang di
songgoriti kelas 3 smp sudah melakukan yang sehrusnya nggak dilakukan.
Dampaknya ya banyak yang negatif soalnya jadi daerah wisata ini. Sekarang
perkampungan aja sudah jadi homestay jadi mungkin pemikiran anak-anak itu ah
nggak papa Cuma gitu aja. Banyak mbak disini kasus kayak gitu, sama keponakanya
sendiri. Terus juga kecanggihan teknologi itu, anak sekarang kan gitu mbak,
keponakan saya itu dari pagi sampai sore bisa betah lama-lama di depan
komputer, kalau nggak ada yang negor ya keterusan itu. Maksudnya itu
perubahanya sampai kayak gitu kalau dibilangi mamanya mbentak. Jadi berani sama
orangtua.
Pewawancara
: Batu sebagai kota wisata, banyak mengundang wisatawan. Lalu bagaimana
pengaruhnya dengan orang Batu?
Halimah : iya mbak, sekarang sama dulu itu
beda banget mbak, sekarang anak remaja pakai pendek-pendek sudah biasa. Bahkan yang makan disini ya bukanya saya sok,
gimana ya, malu kadang perempuan kayak gitu, terus duduknya gimana-gimana gitu
walaupun pakai celana ya. Gitu saya kalau ada yang beli kayak gitu, saya layani
tapi terus saya tinggal kemana, ke teman, kadang kan mereka dilihati sama orang
yang lagi nyapu, oh itulo ada cewek, kalau orang jalanan kan gitu, orang
parkir, oh yang makan mi itulo gini gini, jadi ya saya tinggal. Apalagi kan ya
denger-denger saya ya gak begitu tahu ya, setelah dolly itu ditutup banyak yang
lari ke Batu, ke Tretes jadi ya udah biasa remaja cewek, orang perempuan pakai
pendek. Seumpama mbak mau nongkrong dari
pagi sampai malem itu banyak banget yang kayak gitu. Kalau dulu saya masih
bantuin ibu saya jualan disini sekitar tahun 2000an yang pakai pendek itu cuma
orang cina yang beli susu beli apa gitu rata-rata orang Cina. Sekarang anak
Batu sendiri aja udah banyak yang kayak gitu, sayang gitulo, wong saya juga
punya anak perempuan.
Pewawancara : Apa harapan mbak kedepan untuk kota Batu
pada umumnya dan Alun-alun Batu pada khusnya?
Halimah : gimana ya, kalau dulu itu kan sejuk
mbak, masih banyak pepohonan, ya bagus sih sekarang, anak –anak nggak harus ke
tempat wisata yang mahal-mahal disini kan bisa.
Cuma ya gitu perubahan perilaku masyarakatnya itulo. Kalau pingin Batu
jadi Hijau kembali kayaknya susah ya mbak, solanya lahanya udah jadi Hotel,
jadi kontrakan, perumahan. Tapi kayak di desa itu yang lahanya di buat jadi
lokasi petik jeruk di Punten. Udah ada kemajuan. Rumah-rumah yang punya lahan
bisa dimanfaatin bukan Cuma ngandelin panen kirim panen kirim sekarang sudah
ada wisatawan yang dateng. Jadi ya positif kalau itu. Terus harapanya ya
pedagang kaki lima ini bisa tertib, ada lokasi untuk kaki lima biar nggak ada
pedagang yang jualan di trotoar biar pengunjung banyak yang dateng. Sama
harusnya Batu nggak hanya dikembangkan pariwisatanya tapi juga lingkunganya
diperhatikan biar tetep sejuk, sama masyarakatnya itu biar nggak terpengaruh
sama yang negatif-negatif, itu harusnya diperhatikan juga.
Narasumber 2
Nama Narasumber : Agus
Usia : 40 tahun
Profesi : Pedagang bubur ayam
di alun-alun Batu
Asal : Bumiaji – Batu
Pewawancara : Sebelum berjualan bubur, profesi bapak apa?
Agus : saya itu kan jualan bubur udah
5 tahun mbak, sebelumnya saya kan punya ternak kambing tapi cari rumputnya itu
kadang susah jadi yo saya jual aja terus ikut sodara saya jualan bubur akhirnya
sekarang jualan sendiri disini.
Pewawancara : kenapa pak kok susah cari rumputnya?
Agus : di daerah saya itu kan deket
sama kota, kalo dulu itu yo masih banyak rumputnya sekarang-sekarang ini sudah
dibangun rumah-rumah jadi yo kalau ada pun agak jauh dari rumah mbak.
Pewawancara : lalu dengan sekarang jualan bubur ini gimana
pak?
Agus : ya lumayan lah mbak di syukuri
aja.
Pewawancara : Perbedaan kota Batu dulu dengan sekarang,
kota Batu menjadi kota Wisata?
Agus : kalau dulu itu masih sepi mbak,
sekarang kan banyak yang ke Batu soalnya rame wisatanya banyak jadi maju
Pewawancara : lalu menurut bapak apakah hal itu positif
atau negative?
Agus :
ya positif aja sih mbak soalnya kan jadi maju
Pewawancara : lalu bagaimana perbedaanya misalnya
cuacanya? Masyarakatnya?
Agus : kalau cuacanya se sekarang
panas mbak soalnya kan kalau dulu itu masih banyak pohon, Batu itu masih sejuk
dulu kalau sekarang panas banyak bangunanya.
Pewawancara : kalau dulu sebenarnya kota Batu kan
masyarakatnya Agraris (berkebun, punya lahan pertanian) sekarang karena kota
Batu dijadikan sebagai kota Wisata jadi banyak masyarakat yang beralih profesi,
jadi masyarakat industri. Bagaimana pendapat bapak?
Agus : iya mbak, kalau dulu kan
banyak yang bertani, ternak, kalau sekarang lahanya udah semakin banyak di
didirikan bangunan, wisata, jadi ya banyak yang dijual, terus dijadikan villa,
di jual ke pengembang, terus mereka bekerja jualan, bekerja di parkir, di
wisata.
Pewawancara : lalu dengan seperti itu, bagaimana pendapat
bapak?
Agus : ya gakpapa sih mbak, kan itu
punya mereka sendiri, cuman kalau dijadikan bangunan semua ya panas itu mbak,
udaranya jadi nggak sejuk.
Pewawancara : harapan bapak kedepanya bagaimana?
Agus : ya biar masyarakat semakin
maju, tapi juga pinginya Batu sejuk lagi seperti dulu tapi kayaknya susah ya
mbak soalnya kan udah banyak bangunan juga.
KESIMPULAN
Menurut
narasumber 1, ia mengungkapkan bahwa di satu sisi ia tidak setuju dengan
perubahan masyarakat yang dulunya agraris menjadi industry karena perubahan
yang signifikan terhadap masyarakat sekitar Batu karena dengan di bentuknya
kota Batu menjadi kota Wisata yang menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat
industry membuat pola pikir masyarakat terutama remaja menjadi termodernisasi
karena pengaruh dari wisatawan dan modenisasi kota Batu yang terjadi. Disisi
lain, ia setuju dengan perubahan itu, karena sebagai pedagang merasa untung
karena banyaknya pembeli meskipun saat ini lebih banyak pesaing. Sedangkan
Narasumber 2 mengungkapkan bahwa ia setuju dengan perubahan masyarakat agraris
ke masyarakat industry karena memajukan masyarakatnya juga kota nya, meskipun
ia mengungkapkan bahwa dengan adanya perubahan itu lingkungan menjadi kurang
sejuk akibat banyak didirikan bangunan.