Selasa, 07 April 2015

Cerpen : Selamat Tinggal Biru Putih

Cerpen ini aku buat ketika aku SMA, sekedar info ajasih hehe

Kisah – kisah di masa smp adalah kumpulan cerita yang tidak akan aku lupakan untuk selama-lamanya dan akan menjadi kenangan yang indaah banget di hidup aku .
 Namaku Cameria Reandita, aku biasa di panggil Rea oleh teman-temanku, aku duduk di bangku smp kelas 9 G di SMP Pekerti Luhur Malang dan aku punya banyak banget teman-teman yang sangat aku sayangi ada alby, dea, ririn, selvi, dan masih banyak lagi. Hehehe
Albi adalah sahabatku yang paling tomboy penampilannya seperti cowok dan dia itu termasuk murid yang pintar, tapi sebenarnya Albi itu feminin banget cengeng pula, kita sudah bersahabat mulai dari kita pertama kali masuk SMP, sementara Ririn adalah sahabatku dari kelas 9 kita baru bersahabat waktu kita kelas 9 SMP, Ririn itu imut-imut banget, kecil, lucu dan rambutnya panjang nah kalau Dea itu sahabatku yang kekanak-kanakan banget, dia memakai kerudung dan berkacamata kadang manjaa banget tapi anaknya baik banget, yang terakhir Selvi, dia adalah siswi pindahan dari Blitar,mangkanya kalau dia bicara ada logat Blitarnya, dia itu suka banget dandan, gayanya selangit tapi anaknya asik, kita kenal sudah dari kelas 8, kita ber- 5 satu kelas waktu kelas 9 nya jadi kita memang akrab sekali.
Besok adalah hari pertama, aku dan teman-teman yang lain menjalani UNAS. hemm rasanya dak dik duk banget, setelah beberapa bulan kemarin mengikuti bimbel, pelajaran tambahan di sekolah, tryout sekolah, tryout kota, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu dan di takutkan tiba juga. Hari ini seharian penuh jadwalku diisi dengan belajar, rasa takutku sudah mengalahkan rasa takut kalau ketemu hantu di kuburan, fiuhh.. rasanya takut kalau aku kesulitan mengerjakan soal ujian nanti. Tapi melihat semangat albi, dea, selvi dan ririn sahabatku, aku jadi sedikit lupa dengan rasa takutku itu dan aku semangat untuk menjalani hari esok bersama mereka, karena mereka adalah segalanya bagiku.
Pagi ini aku, albi, dea, ririn, selvi dan teman-teman lainnya mengikuti UNAS, dan mata pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia , sebelum masuk kelas sih rasanya nervous banget, tapi begitu ujian sudah berlangsung rasanya biasa saja seperti ulangan harian, yang membedakan hanya guru penjaganya saja. Hehehe
Setelah hari pertama terlewati dengan lancar dihari-hari berikutnya juga sama seperti hari pertama, lancar seperti air mengalir walaupun sedikit ragu mendapat nilai tinggi tapi tetap optimis untuk Lulus, bosen dong pakai seragam biru putih terus.
 Kadang aku dan sahabatku merasa cemas kalau harus menunggu nilai ujiannya keluar, rasa bimbang dan optimis sepertinya menyatu erat pada diri kita . UNAS sudah terlewati sekarang hanya tinggal menunggu saja hasil dari jerih payah kita selama 3 tahun ini. Hari demi hari pun terlewati seiring dengan senyuman persahabatan kita dan disini kita masih tetap bersabar untuk menunggu hasilnya.
Detik-detik penentuan pun sudah mulai dekat, hari ini akan menentukan siapa saja yang dinyatakan Lulus dan siapa saja yang dinyatakan mengulang. Orangtua di panggil ke sekolah untuk menerima hasil dari ujian kemarin sementara siswa menunggu di rumah, tetapi aku, Albi, Dea, Ririn dan Selvi tetap menunggu orang tua kita di depan sekolah bersama teman-teman yang lain juga, cemas rasanya menunggu orangtua kita keluar dari pintu gerbang sekolah.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya, terlihat di depan gerbang Smp, para orang tua keluar dengan membawa sepucuk surat pernyataan, kita pun menghampiri orangtua kita masing-masing termasuk aku yang langsung menghampiri ayahku, ternyata setelah di buka di dalamnya bertuliskan kalau aku dinyatakan Lulus, aku senang sekali waktu itu, meskipun nilai ku tidak begitu tinggi tapi aku cukup puas dengan hasil yang aku peroleh.
Setelah aku melihat hasilku, aku melihat wajah-wajah kegembiraan yang nampak pula pada raut wajah teman-temanku namun di sisi lain aku melihat Albi dan Ririn justru menangis, entah menangis karna kecewa atau menangis karna terharu. Setelah aku menghampiri mereka ternyata mereka berdua dinyatakan mengulang, padahal selama ini kita mengenal Albi tergolong siswi yang pintar. sekejap saja aku, dea dan Selvi mencoba mengibur mereka meski sulit . “sabar ya Bi, Rin aku tau kok  sulit menerima ini semua, tapi tenanglah masih ada hari esok”. Ujarku . aku tau kata-kata ku barusan itu tak kan mengubah rasa kecewa mereka. Albi dan Ririn pun hanya bisa tersedu dan menatap dengan pandangan kosong. Hemmm  sedih banget rasanya melihat sahabat kita harus gagal, namun itulah kenyataannya.
Tetapi itu semua tidak menjadi halangan bagi Albi maupun Ririn untuk terus bersemangat menghadapi ujian ulang nantinya. Karena kita akan selalu menyemangati dan selalu mendukung mereka.
Setelah lama menunggu, Albi dan Ririn pun mengikuti ujian ulang dan akhirnya dinyatakan Lulus. Kita semua turut senang dengan keberhasilan mereka dan semangat mereka yang meskipun sempat down tapi semangatnya tetap bangkit demi masa depannya.
Saat itu, sore hari kita ber 5 ke rumah Albi untuk merayakan keberhasilan kita, disitu kita berjanji kalu sampai kapanpun kita akan tetap bersama, meski mungkin nantinya kita akan terpisah sekolah, tapi kita akan selalu bersama dalam suka maupun duka .
Seiring dengan berjalannya waktu, kami pun melepas putih biru kita menjadi putih abu-abu.Tak menyangka rasanya, kalau kita sudah beranjak dewasa. Aku dan Dea 1 sekolah namun Selvi, Albi, dan Ririn terpisah sekolah, Selvi bahkan harus tinggal di Asrama. Hmm.. semakin sulit rasanya memiliki waktu luang untuk bersama.

Hari demi hari berganti, masa-masa Smp pun seperti berlalu begitu saja, kita yang dulunya selalu bersama, pulang bersama, main bersama, kini sudah terpisah. Masing-masing dari kita sudah memiliki teman-teman baru bahkan sahabat baru yang mungkin kadang kita menganggap kalau mereka lebih baik dari persahabatan kita dulu yang kekanak-kanakan. Tidak ada lagi biru putih tidak ada lagi kebersamaan kita, tidak ada lagi Smp.
Aku dan Dea memang 1 sekolah, tapi kita beda kelas. Awalnya kita sering pulang bersama dan main bersama, tapi lama kelamaan Dea jadi lebih dekat dengan teman-teman barunya di SMA, begitu pula aku . meskipun kita 1 sekolah tapi rasanya beda banget sama masa-masa Smp kita dulu, bahkan kita pernah bertengkar hanya karna masalah cowok dan salah paham, sungguh memalukan rasanya. Padahal dulu waktu Smp kita jarang banget bertengkar hanya karena masalah yang sepele.
Albi, Ririn, dan Selvi, mereka ber 3 semakin sulit untuk dihubungi, kita pun jarang bertemu karena jarak rumah kita yang memang berjauhan. Sekalinya bertemu, kita malah sibuk dengan pacar kita, atau teman-teman baru kita masing-masing. Aku merasakan perbedaan yang amat sangat pada persahabatanku, Dea, Albi, Ririn dan Selvi. Tapi sebenarnya mereka juga merasakan hal yang sama tanpa aku sadari.
SMA adalah masa-masa dimana kita mulai mengenal pacaran, dan mulai sedikit menjadi diri kita yang sebenarnya. Sampai kadang kita lupa kalau kita masih memiliki sahabat yang sebenarnya lebih berarti dari pada pacar. Hal itu yang kadang tidak kita sadari, begitupun aku. Kita lebih mementingkan orang-orang baru dalam hidup kita dan baru ingat mereka yang dulu mengisi hari kita saat kita sedih saja. Mungkin rasa ego kita yang tinggi menjadikan kita jauh, namun jauh di dalam lubuk hati kita, tetap saja sahabat yang kita kenal lebih lama adalah segalanya.
Kalau mengingat ingat masa-masa Smp dulu rasanya beda sekali dengan kita sekarang yang SMA, dulu kita yang kekanak-kanakan, dan kita sekarang yang mulai dewasa. Dulu kita yang manja, dan kita sekarang yang egois. Dulu kita yang selalu bersama dan  kita sekarang yang terpisahkan. Ingin rasanya mengulang kembali masa-masa Smp itu, namun semuanya tidak mungkin akan terulang lagi, semuanya hanya menjadi kenangan indah yang sampai saat ini akan selalu ku kenang.
Usia-usia anak SMA memang usianya anak-anak remaja yang mulai menjadi sosok yang lebih dewasa. Misalnya mulai berpacaran, hal itu tidak bisa di pungkiri kalau kita memang butuh seorang pacar . Nggak semua sih, tapi mayoritas seperti itu. Tergantung kitanya bisa mengarahkan hal itu ke arah positif atau tidak.
Tapi nggak selamanya pacar itu penting kok, kalau tidak punya pacar kan masih ada sahabat, tapi kalau memiliki pacar dan tidak punya sahabat rasanya sepi dan nggak enak. Intinya sahabat itu penting.
Meskipun sekarang aku,Dea,Albi,Ririn dan Selvi sudah tidak sedekat dulu lagi tapi kita masih tetap sahabat kan. Karena sahabat itu selamanya. Dan kenangan indah bersama mereka tak akan aku lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar