Sabtu, 11 April 2015

Perubahan Sosial Dari Masyarakat Agraris Ke Masyarakat Industri

Gambar : Petani (Masyarakat Agraris) dan Pekerja Pabrik ( Masyarakat Industri)

             Menurut Sosiolog Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah, Masyarakat akan bergerak dari desa ke kota. Perubahan sosial muncul dalam dua aspek yakni aspek Materiil dan Non Materiil. Aspek materiil seperti contoh perkembangan teknologi, jika dulu masyarakat menggunakan surat untuk berkomunikasi, sekarang dengan adanya teknologi masyarakat mengenal yang namanya handphone atau telepon untuk berkomunikasi dsb. Aspek non materiil contohnya perubahan tatanan nilai, budaya, norma, kebiasaan dan perilaku masyarakat. Kali ini saya akan membahas perubahan sosial Non Materiil, yakni perubahan sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Dahulu orang-orang di desa memiliki lahan-lahan untuk bercocok tanam, sehingga mata pencaharian mereka pun mayoritas sebagai petani. Namun seiring dengan perkembangan waktu, lahan-lahan petani pun perlahan habis karena banyak didirikan rumah-rumah. Orang-orang desa yang dulu mayoritas bermata pencaharian sebagai petani pun beralih bekerja di pabrik-pabrik karena semakin minimnya lahan di pedesaan akibat perubahan sosial.  Ini menjadikan adanya pergeseran pola kerja. Bisa dikarenakan tidak adanya lahan namun bisa juga karena adanya anggapan bahwa bekerja di pabrik lebih menghasikan daripada sebagai petani. Dalam kaca mata sosiologi, hal ini tentu menjadi dinamika sosial. Jika kita melihat perbedaan antara petani dan pekerja pabrik dalam kehidupan dirumahnya tentu akan kita temui perbedaan yang memberikan banyak pengaruh bagi kehidupanya. Misalnya seorang petani akan memiliki banyak waktu untuk bertemu anggota keluarga dirumah karena bisa kapan saja pulang seusai bertani, interaksi yang terjalin satu sama lain antar sesama anggota keluarga dalam keluarga petani pun baik. Dikarenakan intensitas bertemu yang sering. Pola asuh orang tua terhadap anak pun akan terjalin dengan baik sekali lagi karena intensitas bertemu yang sering, orang tua akan dengan mudah memberikan pengawasan dan kontrol terhadap tumbuh kembang anaknya. Hal ini berbeda dengan pekerja pabrik, pekerja pabrik hanya memiliki sebagian waktunya di rumah dan sebagian lagi di pabrik. Pekerja pabrik tidak bisa pulang kapan saja karena adanya peraturan jam kerja yang diberlakukan di pabrik terhadap pekerjanya, biasanya jam 6 atau 7 pagi hingga jam 3 atau  jam 4 sore. Sehingga seorang pekerja pabrik tentu tidak memiliki banyak waktu luang untuk bertemu angota keluarga. Bahkan hanya bisa bertemu pada malam hari saja. Pola asuh orang tua terhadap anak pun tidak bisa se-intens keluarga petani. Hal ini karena pekerja pabrik yang hanya memiliki sedikit waktu di rumah karena kesibukanya bekerja di pabrik. Orang tua tidak bisa secara intens memberikan pengawasan dan kontrol terhadap tumbuh kembang dan pergaulan anaknya.
Di era modern seperti saat ini pergeseran dari masyarakat desa menuju masyarakat modern seakan telah menjadi sebuah keharusan untuk memperoleh penghidupan yang layak. Pengaruh negatif maupun positif yang dihasikan tergantung dari masyarakat itu sendiri bagaimana menyikapinya. (Kusnul)

Selasa, 07 April 2015

Cerpen : Pesan Terakhir

cerpen ini juga aku buat ketika aku SMA, selamat membaca...

            Ribbi Andrea, cewek yang biasa di panggil Ribbi oleh temen-temenya itu adalah seorang siswi kelas 3 di SMA Bina Bangsa Malang. Ribbi mempunyai seorang sahabat cowok yang emang deket banget mulai dari mereka kecil, Felis namanya. Kemana-mana selalu bersama, nggak berangkat sekolah, pulang sekolah, nggak di kantin, bahkan di kelas pun mereka selalu berdua. Rumah mereka pun berdekatan.  Nggak heran kalau temen-temennya ngirain mereka pacaran .
            Sebenernya dari dulu Ribbi itu sangat-sangat memendam perasaan yang dalam banget sama Felis, tapi dia takut kalau perasaannya itu hanya akan membuat persahabatan mereka rusak,  akhirnya Ribbi pun berusaha untuk memendam perasaannya itu meskipun kadang rasa sakit dan nggak kuat untuk menahan perasaan itu sesekali muncul dalam dirinya.
            Tapi sama halnya seperti Ribbi, Felis pun sebenarnya juga merasakan hal yang sama kepada Ribbi, namun ia tidak mengungkapkannya karena sesuatu hal. Akhirnya perasaan itu tertinggal begitu saja.
            Waktu demi waktu berlalu, hari demi hari pun berganti seakan mengiringi keindahaan persahabatan mereka, perasaan yang selama ini terkubur di dalam hati pun seakan tak mampu lagi menahan rasa cinta yang amat sangat berat untuk di ungkapkan oleh keduanya karena sebab yang tak pasti, sampai akhirnya Felis benar-benar tak mampu lagi menahannya.
            Sore seusai sekolah, seperti biasanya Ribbi dan Felis pulang bersama. Felis yang terlihat pucat dan sangat lesu itu sudah tak kuat lagi menahan rasa cintanya kepada Ribbi. Dan langsung mengungkapkan segala isi hatinya kepada Ribbi. Ribbi yang memang sudah lama menginginkan kalau persahabatan mereka itu lebih dari sekedar sahabat pun langsung saja menyambutnya dengan senang hati. Dia tersenyum dan terlihat sangat bahagia sekali sambil memeluk Felis erat banget.
            Beberapa saat kemudian, Felis berkata kepada Ribbi kalau Ribbi benar-benar tulus mencintainya Ribbi harus mau melakukan suatu hal untuknya yaitu tidak berhubungan sama sekali dengan Felis hanya dalam waktu 1 hari, tidak bertemu, tidak saling berkomunikasi bahkan via telepon karena dia ingin membuktikan seberapa besar cinta Ribbi kepadanya. Ribbi pun segera saja menanggapi permintaan Felis tersebut dengan jawaban Iya karena ia benar-benar ingin menunjukkan kepada Felis kalau cintanya itu tulus.
            Pagi itu Ribbi yang biasanya berangkat ke sekolah bersama Felis pun berangkat ke sekolah diantar papanya. Sesampainya di sekolah Ribbi tidak bertemu Felis karna Felis tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Sepi rasanya melewati hari tanpa Felis namun ia tetap bersemangat karna ia ingin membuktikan rasa cintanya yang tulus itu kepada Felis. Pulang sekolah juga ia sendiri.
Ketika sampai dirumah, mama Ribbi berteriak-teriak memanggil Ribbi setelah mendapat telpon yang entah dari siapa, mamanya bilang kalau ia harus segera menemui Felis di rumahnya, tiap Ribbi berkata “kenapa ma?” mamanya hanya bisa diam. Ribbi pun segera bergegas menemui Felis, sesampainya di depan rumah Felis, perlahan ia masuk ke dalam rumah Felis, dan ia lihat sekelilingnya orang-orang yang entah kenapa menatap Ribbi dengan pandangan yang penuh makna. Ia berkata, “ada apa ini sebenarnya??” mama Felis pun hanya bisa menangis, dan memberikan selembar kertas kepada Ribbi dan berkata,”Ribbi, mungkin ini pesan terakhir untuk kamu dari Felis”.
Ribbi segera membuka kertas itu dan membaca sedikit demi sedikit kata yang tertulis di atas kertas itu yang bertuliskan, “ Selamat ya sayang, kamu berhasil melakukan permintaan aku kemarin, aku ingin kamu juga lakukan hal itu setiap hari. Aku sayang banget sama kamu”. Tanpa terasa, air mata Ribbi pun jatuh membasahi pipinya dan seakan tak mampu menerima kenyataan yang ada kalau Felis sudah tidak ada dan tidak akan pernah ada lagi untuk menemani hari-harinya .
Selama ini Felis memang mempunyai penyakit kanker otak yang perlahan demi perlahan penyakit itu sangat menyiksanya, dan membuatnya memendam perasaan cintanya yang sangat besar kepada Ribbi karna ia sadar usianya tidak akan bertahan lama dan ia takut kalau nanti ia tidak bisa membahagiakan orang yang sangat ia cintai itu.

Cerpen : Selamat Tinggal Biru Putih

Cerpen ini aku buat ketika aku SMA, sekedar info ajasih hehe

Kisah – kisah di masa smp adalah kumpulan cerita yang tidak akan aku lupakan untuk selama-lamanya dan akan menjadi kenangan yang indaah banget di hidup aku .
 Namaku Cameria Reandita, aku biasa di panggil Rea oleh teman-temanku, aku duduk di bangku smp kelas 9 G di SMP Pekerti Luhur Malang dan aku punya banyak banget teman-teman yang sangat aku sayangi ada alby, dea, ririn, selvi, dan masih banyak lagi. Hehehe
Albi adalah sahabatku yang paling tomboy penampilannya seperti cowok dan dia itu termasuk murid yang pintar, tapi sebenarnya Albi itu feminin banget cengeng pula, kita sudah bersahabat mulai dari kita pertama kali masuk SMP, sementara Ririn adalah sahabatku dari kelas 9 kita baru bersahabat waktu kita kelas 9 SMP, Ririn itu imut-imut banget, kecil, lucu dan rambutnya panjang nah kalau Dea itu sahabatku yang kekanak-kanakan banget, dia memakai kerudung dan berkacamata kadang manjaa banget tapi anaknya baik banget, yang terakhir Selvi, dia adalah siswi pindahan dari Blitar,mangkanya kalau dia bicara ada logat Blitarnya, dia itu suka banget dandan, gayanya selangit tapi anaknya asik, kita kenal sudah dari kelas 8, kita ber- 5 satu kelas waktu kelas 9 nya jadi kita memang akrab sekali.
Besok adalah hari pertama, aku dan teman-teman yang lain menjalani UNAS. hemm rasanya dak dik duk banget, setelah beberapa bulan kemarin mengikuti bimbel, pelajaran tambahan di sekolah, tryout sekolah, tryout kota, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu dan di takutkan tiba juga. Hari ini seharian penuh jadwalku diisi dengan belajar, rasa takutku sudah mengalahkan rasa takut kalau ketemu hantu di kuburan, fiuhh.. rasanya takut kalau aku kesulitan mengerjakan soal ujian nanti. Tapi melihat semangat albi, dea, selvi dan ririn sahabatku, aku jadi sedikit lupa dengan rasa takutku itu dan aku semangat untuk menjalani hari esok bersama mereka, karena mereka adalah segalanya bagiku.
Pagi ini aku, albi, dea, ririn, selvi dan teman-teman lainnya mengikuti UNAS, dan mata pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia , sebelum masuk kelas sih rasanya nervous banget, tapi begitu ujian sudah berlangsung rasanya biasa saja seperti ulangan harian, yang membedakan hanya guru penjaganya saja. Hehehe
Setelah hari pertama terlewati dengan lancar dihari-hari berikutnya juga sama seperti hari pertama, lancar seperti air mengalir walaupun sedikit ragu mendapat nilai tinggi tapi tetap optimis untuk Lulus, bosen dong pakai seragam biru putih terus.
 Kadang aku dan sahabatku merasa cemas kalau harus menunggu nilai ujiannya keluar, rasa bimbang dan optimis sepertinya menyatu erat pada diri kita . UNAS sudah terlewati sekarang hanya tinggal menunggu saja hasil dari jerih payah kita selama 3 tahun ini. Hari demi hari pun terlewati seiring dengan senyuman persahabatan kita dan disini kita masih tetap bersabar untuk menunggu hasilnya.
Detik-detik penentuan pun sudah mulai dekat, hari ini akan menentukan siapa saja yang dinyatakan Lulus dan siapa saja yang dinyatakan mengulang. Orangtua di panggil ke sekolah untuk menerima hasil dari ujian kemarin sementara siswa menunggu di rumah, tetapi aku, Albi, Dea, Ririn dan Selvi tetap menunggu orang tua kita di depan sekolah bersama teman-teman yang lain juga, cemas rasanya menunggu orangtua kita keluar dari pintu gerbang sekolah.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya, terlihat di depan gerbang Smp, para orang tua keluar dengan membawa sepucuk surat pernyataan, kita pun menghampiri orangtua kita masing-masing termasuk aku yang langsung menghampiri ayahku, ternyata setelah di buka di dalamnya bertuliskan kalau aku dinyatakan Lulus, aku senang sekali waktu itu, meskipun nilai ku tidak begitu tinggi tapi aku cukup puas dengan hasil yang aku peroleh.
Setelah aku melihat hasilku, aku melihat wajah-wajah kegembiraan yang nampak pula pada raut wajah teman-temanku namun di sisi lain aku melihat Albi dan Ririn justru menangis, entah menangis karna kecewa atau menangis karna terharu. Setelah aku menghampiri mereka ternyata mereka berdua dinyatakan mengulang, padahal selama ini kita mengenal Albi tergolong siswi yang pintar. sekejap saja aku, dea dan Selvi mencoba mengibur mereka meski sulit . “sabar ya Bi, Rin aku tau kok  sulit menerima ini semua, tapi tenanglah masih ada hari esok”. Ujarku . aku tau kata-kata ku barusan itu tak kan mengubah rasa kecewa mereka. Albi dan Ririn pun hanya bisa tersedu dan menatap dengan pandangan kosong. Hemmm  sedih banget rasanya melihat sahabat kita harus gagal, namun itulah kenyataannya.
Tetapi itu semua tidak menjadi halangan bagi Albi maupun Ririn untuk terus bersemangat menghadapi ujian ulang nantinya. Karena kita akan selalu menyemangati dan selalu mendukung mereka.
Setelah lama menunggu, Albi dan Ririn pun mengikuti ujian ulang dan akhirnya dinyatakan Lulus. Kita semua turut senang dengan keberhasilan mereka dan semangat mereka yang meskipun sempat down tapi semangatnya tetap bangkit demi masa depannya.
Saat itu, sore hari kita ber 5 ke rumah Albi untuk merayakan keberhasilan kita, disitu kita berjanji kalu sampai kapanpun kita akan tetap bersama, meski mungkin nantinya kita akan terpisah sekolah, tapi kita akan selalu bersama dalam suka maupun duka .
Seiring dengan berjalannya waktu, kami pun melepas putih biru kita menjadi putih abu-abu.Tak menyangka rasanya, kalau kita sudah beranjak dewasa. Aku dan Dea 1 sekolah namun Selvi, Albi, dan Ririn terpisah sekolah, Selvi bahkan harus tinggal di Asrama. Hmm.. semakin sulit rasanya memiliki waktu luang untuk bersama.

Hari demi hari berganti, masa-masa Smp pun seperti berlalu begitu saja, kita yang dulunya selalu bersama, pulang bersama, main bersama, kini sudah terpisah. Masing-masing dari kita sudah memiliki teman-teman baru bahkan sahabat baru yang mungkin kadang kita menganggap kalau mereka lebih baik dari persahabatan kita dulu yang kekanak-kanakan. Tidak ada lagi biru putih tidak ada lagi kebersamaan kita, tidak ada lagi Smp.
Aku dan Dea memang 1 sekolah, tapi kita beda kelas. Awalnya kita sering pulang bersama dan main bersama, tapi lama kelamaan Dea jadi lebih dekat dengan teman-teman barunya di SMA, begitu pula aku . meskipun kita 1 sekolah tapi rasanya beda banget sama masa-masa Smp kita dulu, bahkan kita pernah bertengkar hanya karna masalah cowok dan salah paham, sungguh memalukan rasanya. Padahal dulu waktu Smp kita jarang banget bertengkar hanya karena masalah yang sepele.
Albi, Ririn, dan Selvi, mereka ber 3 semakin sulit untuk dihubungi, kita pun jarang bertemu karena jarak rumah kita yang memang berjauhan. Sekalinya bertemu, kita malah sibuk dengan pacar kita, atau teman-teman baru kita masing-masing. Aku merasakan perbedaan yang amat sangat pada persahabatanku, Dea, Albi, Ririn dan Selvi. Tapi sebenarnya mereka juga merasakan hal yang sama tanpa aku sadari.
SMA adalah masa-masa dimana kita mulai mengenal pacaran, dan mulai sedikit menjadi diri kita yang sebenarnya. Sampai kadang kita lupa kalau kita masih memiliki sahabat yang sebenarnya lebih berarti dari pada pacar. Hal itu yang kadang tidak kita sadari, begitupun aku. Kita lebih mementingkan orang-orang baru dalam hidup kita dan baru ingat mereka yang dulu mengisi hari kita saat kita sedih saja. Mungkin rasa ego kita yang tinggi menjadikan kita jauh, namun jauh di dalam lubuk hati kita, tetap saja sahabat yang kita kenal lebih lama adalah segalanya.
Kalau mengingat ingat masa-masa Smp dulu rasanya beda sekali dengan kita sekarang yang SMA, dulu kita yang kekanak-kanakan, dan kita sekarang yang mulai dewasa. Dulu kita yang manja, dan kita sekarang yang egois. Dulu kita yang selalu bersama dan  kita sekarang yang terpisahkan. Ingin rasanya mengulang kembali masa-masa Smp itu, namun semuanya tidak mungkin akan terulang lagi, semuanya hanya menjadi kenangan indah yang sampai saat ini akan selalu ku kenang.
Usia-usia anak SMA memang usianya anak-anak remaja yang mulai menjadi sosok yang lebih dewasa. Misalnya mulai berpacaran, hal itu tidak bisa di pungkiri kalau kita memang butuh seorang pacar . Nggak semua sih, tapi mayoritas seperti itu. Tergantung kitanya bisa mengarahkan hal itu ke arah positif atau tidak.
Tapi nggak selamanya pacar itu penting kok, kalau tidak punya pacar kan masih ada sahabat, tapi kalau memiliki pacar dan tidak punya sahabat rasanya sepi dan nggak enak. Intinya sahabat itu penting.
Meskipun sekarang aku,Dea,Albi,Ririn dan Selvi sudah tidak sedekat dulu lagi tapi kita masih tetap sahabat kan. Karena sahabat itu selamanya. Dan kenangan indah bersama mereka tak akan aku lupakan.