Cerpen ini aku buat ketika aku SMA, sekedar info ajasih hehe
Kisah –
kisah di masa smp adalah kumpulan cerita yang tidak akan aku lupakan untuk
selama-lamanya dan akan menjadi kenangan yang indaah banget di hidup aku .
Namaku Cameria Reandita, aku biasa di panggil
Rea oleh teman-temanku, aku duduk di bangku smp kelas 9 G di SMP Pekerti Luhur
Malang dan aku punya banyak banget teman-teman yang sangat aku sayangi ada
alby, dea, ririn, selvi, dan masih banyak lagi. Hehehe
Albi adalah
sahabatku yang paling tomboy penampilannya seperti cowok dan dia itu termasuk
murid yang pintar, tapi sebenarnya Albi itu feminin banget cengeng pula, kita
sudah bersahabat mulai dari kita pertama kali masuk SMP, sementara Ririn adalah
sahabatku dari kelas 9 kita baru bersahabat waktu kita kelas 9 SMP, Ririn itu imut-imut
banget, kecil, lucu dan rambutnya panjang nah kalau Dea itu sahabatku yang
kekanak-kanakan banget, dia memakai kerudung dan berkacamata kadang manjaa
banget tapi anaknya baik banget, yang terakhir Selvi, dia adalah siswi pindahan
dari Blitar,mangkanya kalau dia bicara ada logat Blitarnya, dia itu suka banget
dandan, gayanya selangit tapi anaknya asik, kita kenal sudah dari kelas 8, kita
ber- 5 satu kelas waktu kelas 9 nya jadi kita memang akrab sekali.
Besok
adalah hari pertama, aku dan teman-teman yang lain menjalani UNAS. hemm rasanya
dak dik duk banget, setelah beberapa bulan kemarin mengikuti bimbel, pelajaran
tambahan di sekolah, tryout sekolah, tryout kota, akhirnya hari yang
ditunggu-tunggu dan di takutkan tiba juga. Hari ini seharian penuh jadwalku
diisi dengan belajar, rasa takutku sudah mengalahkan rasa takut kalau ketemu
hantu di kuburan, fiuhh.. rasanya takut kalau aku kesulitan mengerjakan soal
ujian nanti. Tapi melihat semangat albi, dea, selvi dan ririn sahabatku, aku
jadi sedikit lupa dengan rasa takutku itu dan aku semangat untuk menjalani hari
esok bersama mereka, karena mereka adalah segalanya bagiku.
Pagi ini aku,
albi, dea, ririn, selvi dan teman-teman lainnya mengikuti UNAS, dan mata
pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia , sebelum masuk kelas
sih rasanya nervous banget, tapi
begitu ujian sudah berlangsung rasanya biasa saja seperti ulangan harian, yang
membedakan hanya guru penjaganya saja. Hehehe
Setelah
hari pertama terlewati dengan lancar dihari-hari berikutnya juga sama seperti
hari pertama, lancar seperti air mengalir walaupun sedikit ragu mendapat nilai
tinggi tapi tetap optimis untuk Lulus, bosen dong pakai seragam biru putih
terus.
Kadang aku dan sahabatku merasa cemas kalau
harus menunggu nilai ujiannya keluar, rasa bimbang dan optimis sepertinya
menyatu erat pada diri kita . UNAS sudah terlewati sekarang hanya tinggal
menunggu saja hasil dari jerih payah kita selama 3 tahun ini. Hari demi hari
pun terlewati seiring dengan senyuman persahabatan kita dan disini kita masih
tetap bersabar untuk menunggu hasilnya.
Detik-detik
penentuan pun sudah mulai dekat, hari ini akan menentukan siapa saja yang
dinyatakan Lulus dan siapa saja yang dinyatakan mengulang. Orangtua di panggil
ke sekolah untuk menerima hasil dari ujian kemarin sementara siswa menunggu di
rumah, tetapi aku, Albi, Dea, Ririn dan Selvi tetap menunggu orang tua kita di
depan sekolah bersama teman-teman yang lain juga, cemas rasanya menunggu
orangtua kita keluar dari pintu gerbang sekolah.
Setelah
menunggu beberapa saat akhirnya, terlihat di depan gerbang Smp, para orang tua
keluar dengan membawa sepucuk surat pernyataan, kita pun menghampiri orangtua
kita masing-masing termasuk aku yang langsung menghampiri ayahku, ternyata
setelah di buka di dalamnya bertuliskan kalau aku dinyatakan Lulus, aku senang
sekali waktu itu, meskipun nilai ku tidak begitu tinggi tapi aku cukup puas
dengan hasil yang aku peroleh.
Setelah aku
melihat hasilku, aku melihat wajah-wajah kegembiraan yang nampak pula pada raut
wajah teman-temanku namun di sisi lain aku melihat Albi dan Ririn justru
menangis, entah menangis karna kecewa atau menangis karna terharu. Setelah aku
menghampiri mereka ternyata mereka berdua dinyatakan mengulang, padahal selama
ini kita mengenal Albi tergolong siswi yang pintar. sekejap saja aku, dea dan
Selvi mencoba mengibur mereka meski sulit . “sabar ya Bi, Rin aku tau kok sulit menerima ini semua, tapi tenanglah
masih ada hari esok”. Ujarku . aku tau kata-kata ku barusan itu tak kan
mengubah rasa kecewa mereka. Albi dan Ririn pun hanya bisa tersedu dan menatap
dengan pandangan kosong. Hemmm sedih
banget rasanya melihat sahabat kita harus gagal, namun itulah kenyataannya.
Tetapi itu
semua tidak menjadi halangan bagi Albi maupun Ririn untuk terus bersemangat
menghadapi ujian ulang nantinya. Karena kita akan selalu menyemangati dan
selalu mendukung mereka.
Setelah
lama menunggu, Albi dan Ririn pun mengikuti ujian ulang dan akhirnya dinyatakan
Lulus. Kita semua turut senang dengan keberhasilan mereka dan semangat mereka
yang meskipun sempat down tapi
semangatnya tetap bangkit demi masa depannya.
Saat itu,
sore hari kita ber 5 ke rumah Albi untuk merayakan keberhasilan kita, disitu kita
berjanji kalu sampai kapanpun kita akan tetap bersama, meski mungkin nantinya
kita akan terpisah sekolah, tapi kita akan selalu bersama dalam suka maupun
duka .
Seiring
dengan berjalannya waktu, kami pun melepas putih biru kita menjadi putih
abu-abu.Tak menyangka rasanya, kalau kita sudah beranjak dewasa. Aku dan Dea 1
sekolah namun Selvi, Albi, dan Ririn terpisah sekolah, Selvi bahkan harus
tinggal di Asrama. Hmm.. semakin sulit rasanya memiliki waktu luang untuk
bersama.
Hari demi
hari berganti, masa-masa Smp pun seperti berlalu begitu saja, kita yang dulunya
selalu bersama, pulang bersama, main bersama, kini sudah terpisah.
Masing-masing dari kita sudah memiliki teman-teman baru bahkan sahabat baru
yang mungkin kadang kita menganggap kalau mereka lebih baik dari persahabatan
kita dulu yang kekanak-kanakan. Tidak ada lagi biru putih tidak ada lagi
kebersamaan kita, tidak ada lagi Smp.
Aku dan Dea
memang 1 sekolah, tapi kita beda kelas. Awalnya kita sering pulang bersama dan
main bersama, tapi lama kelamaan Dea jadi lebih dekat dengan teman-teman
barunya di SMA, begitu pula aku . meskipun kita 1 sekolah tapi rasanya beda
banget sama masa-masa Smp kita dulu, bahkan kita pernah bertengkar hanya karna
masalah cowok dan salah paham, sungguh memalukan rasanya. Padahal dulu waktu
Smp kita jarang banget bertengkar hanya karena masalah yang sepele.
Albi,
Ririn, dan Selvi, mereka ber 3 semakin sulit untuk dihubungi, kita pun jarang
bertemu karena jarak rumah kita yang memang berjauhan. Sekalinya bertemu, kita
malah sibuk dengan pacar kita, atau teman-teman baru kita masing-masing. Aku
merasakan perbedaan yang amat sangat pada persahabatanku, Dea, Albi, Ririn dan
Selvi. Tapi sebenarnya mereka juga merasakan hal yang sama tanpa aku sadari.
SMA adalah
masa-masa dimana kita mulai mengenal pacaran, dan mulai sedikit menjadi diri
kita yang sebenarnya. Sampai kadang kita lupa kalau kita masih memiliki sahabat
yang sebenarnya lebih berarti dari pada pacar. Hal itu yang kadang tidak kita
sadari, begitupun aku. Kita lebih mementingkan orang-orang baru dalam hidup
kita dan baru ingat mereka yang dulu mengisi hari kita saat kita sedih saja.
Mungkin rasa ego kita yang tinggi menjadikan kita jauh, namun jauh di dalam
lubuk hati kita, tetap saja sahabat yang kita kenal lebih lama adalah
segalanya.
Kalau
mengingat ingat masa-masa Smp dulu rasanya beda sekali dengan kita sekarang
yang SMA, dulu kita yang kekanak-kanakan, dan kita sekarang yang mulai dewasa.
Dulu kita yang manja, dan kita sekarang yang egois. Dulu kita yang selalu
bersama dan kita sekarang yang
terpisahkan. Ingin rasanya mengulang kembali masa-masa Smp itu, namun semuanya
tidak mungkin akan terulang lagi, semuanya hanya menjadi kenangan indah yang
sampai saat ini akan selalu ku kenang.
Usia-usia
anak SMA memang usianya anak-anak remaja yang mulai menjadi sosok yang lebih
dewasa. Misalnya mulai berpacaran, hal itu tidak bisa di pungkiri kalau kita
memang butuh seorang pacar . Nggak semua sih, tapi mayoritas seperti itu.
Tergantung kitanya bisa mengarahkan hal itu ke arah positif atau tidak.
Tapi nggak
selamanya pacar itu penting kok, kalau tidak punya pacar kan masih ada sahabat,
tapi kalau memiliki pacar dan tidak punya sahabat rasanya sepi dan nggak enak.
Intinya sahabat itu penting.
Meskipun
sekarang aku,Dea,Albi,Ririn dan Selvi sudah tidak sedekat dulu lagi tapi kita
masih tetap sahabat kan. Karena sahabat itu selamanya. Dan kenangan indah
bersama mereka tak akan aku lupakan.