Jumat, 30 Oktober 2015

Puisi Post Modern


Kepada Kuasa Nafas Kami

Kusnul Kotimah

Dibalik belenggu dunia kenikmatan ilusi
Segenggam harapan terisolasi
Bagi para muda mudi dan koorporasi
Yang harusnya jadi harapan negeri

Tamak dan serakah buyarkan ideologi
Kini yang nampak hanya dunia simulasi
Tak menggubris  alam yang tersakiti
Menyakiti dari nadi hingga ke hati

Bebaskkan hidup kami
Tak perdulikan kami hanya ekonomi
Tak punya kuasa atas diri
Kami hanya bisa memaki dalam hati
Teriak pohon-pohon ini

Teriak pohon saja tak digubris
Bagaimana dengan kami
Para manusia penghuni bumi
Tak kuasa Melawan kepulan asap tiap hari
Bunuh saja kami ! kata kami
Mahalnya oksigen kami rasakan kini
Semoga yang punya Kuasa dapat mengadili






Pembebasan Terhadap Manusia dalam Era Modern


Industrialisasi, Produk Modern Pola Pikir dan Perilaku Masyarakat

Menurut Sosiolog Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah, Masyarakat akan bergerak dari desa ke kota. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat akan mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial muncul dalam dua aspek yakni aspek Materiil dan Non Materiil. Aspek materiil meliputi perkembangan teknologi, jika dulu masyarakat menggunakan surat untuk berkomunikasi, sekarang dengan adanya teknologi masyarakat mengenal yang namanya handphone atau telepon untuk berkomunikasi dsb. Aspek non materiil contohnya perubahan tatanan nilai, budaya, norma, kebiasaan dan perilaku masyarakat. Dalam essay ini akan saya bahas aspek non materiil yakni Industrialisasi sebagai Produk Modern Pola Pikir dan Perilaku Masyarakat
Dahulu orang-orang di desa memiliki lahan-lahan untuk bercocok tanam, sehingga mata pencaharian mereka pun mayoritas sebagai petani. Namun seiring dengan perkembangan waktu, globalisasi dan berkembangnya teknologi, lahan-lahan petani pun perlahan habis karena banyak didirikan rumah-rumah. Orang-orang desa yang dulu mayoritas bermata pencaharian sebagai petani pun beralih bekerja di pabrik-pabrik karena semakin minimnya lahan di pedesaan akibat modernisasi dan perubahan sosial.  Ini menjadikan adanya pergeseran pola kerja. Bisa dikarenakan tidak adanya lahan namun bisa juga karena adanya anggapan bahwa bekerja di pabrik lebih menghasikan daripada bekerja sebagai petani. Dalam kaca mata sosiologi, hal ini tentu menjadi dinamika sosial. Jika kita melihat perbedaan antara petani dan pekerja pabrik dalam kehidupan dirumahnya tentu akan kita temui perbedaan yang memberikan banyak pengaruh bagi kehidupanya.
 Misalnya seorang petani akan memiliki banyak waktu untuk bertemu anggota keluarga dirumah karena bisa kapan saja pulang seusai bertani, interaksi yang terjalin satu sama lain antar sesama anggota keluarga dalam keluarga petani pun baik. Dikarenakan intensitas bertemu yang sering. Pola asuh orang tua terhadap anak pun akan terjalin dengan baik sekali lagi karena intensitas bertemu yang sering, orang tua akan dengan mudah memberikan pengawasan dan kontrol terhadap tumbuh kembang anaknya. Hal ini berbeda dengan pekerja pabrik, pekerja pabrik hanya memiliki sebagian waktunya di rumah dan sebagian lagi di pabrik. Pekerja pabrik tidak bisa pulang kapan saja karena adanya peraturan jam kerja yang diberlakukan di pabrik terhadap pekerjanya, biasanya jam 6 atau 7 pagi hingga jam 3 atau  jam 4 sore. Sehingga seorang pekerja pabrik tentu tidak memiliki banyak waktu luang untuk bertemu angota keluarga. Bahkan hanya bisa bertemu pada malam hari saja. Pola asuh orang tua terhadap anak pun tidak bisa se-intens keluarga petani. Hal ini karena pekerja pabrik yang hanya memiliki sedikit waktu di rumah karena kesibukanya bekerja di pabrik. Orang tua tidak bisa secara intens memberikan pengawasan dan kontrol terhadap tumbuh kembang dan pergaulan anaknya.

Pembebasan manusia terhadap konstruksi pola pikir masyarakat modern harus dilakukan sebab, di era modern seperti saat ini pergeseran dari masyarakat desa menuju masyarakat modern seakan telah menjadi sebuah keharusan untuk memperoleh penghidupan yang layak. Akan tetapi, harusnya meski di era modern dengan industrialisasi yang terus berkembang kita tetap mengadopsi nilai-nilai serta pola pikir dan perilaku masyarakat agraris, meski sebenarnya pengaruh negatif maupun positif yang dihasikan tergantung dari masyarakat itu sendiri bagaimana menyikapinya.

Video Wawancara Pemahaman Masyarakat terhadap Post Modernisme


Berikut adalah video hasil wawancara terhadap pengetahuan masyarakat tentang Post Modernism ....


Nama Narasumber : Puput Tri Wulandari
Akademi Keperawatan Panti Waluyo
Semester 5

Mata Kuliah : TEORI POST MODERN Pro kontra terhadap kota Batu sebagai Kota Pariwisata

Narasumber  1
Nama                          : Halimah
Usia                             : 30 tahun
Profesi                         : Pedagang Mi ayam di alun-alun Batu
Asal                             : Jl. Pattimura - Batu
Jualan di Batu sejak tahun 2000 sebelum Batu menjadi Kota Wisata.
Pewawancara  : Perbedaan kota Batu dulu dengan sekarang, kota Batu menjadi kota Wisata?
Halimah           : Kalau dulu lebih ramai, kalau sekarang ya ramai banyak wisatawan, tapi ya kalau yang datang beli itu berkurang. Dulu kan disini (sebelah alun-alun, daerah delman) ada paguyuban pakai tenda, terus alun-alun ini jadi PKL ndak boleh jualan disini terus direlokasi ke BTC (Batu Tourism Center), tapi lama-lama pedagang yang di BTC keluar soalnya biaya sewa tempatnya itu mahal, selain itu juga lokasinya jauh dari alun-alun, ketutupan sama ruko-ruko juga jadi ya sepi.
Pewawancara  : Bagaimana dampak dari perkembangan kota Batu yang dulu hingga sekarang jadi kota wisata Batu?
Halimah           : semakin banyak persaingan jualan itu, jadikan konsumen agak berkurang, apalagi kalau sore di trotoar alun-alun sebenarnya kan gak boleh tapi pedagang banyak yang turun ke jalan. Jadi yang jualan di tempat yang sebenarnya kayak kita ini ya sepi.
Perkembanganya ya positif karena wisatawan banyak yang datang, nggak hanya dari lokal tapi dari luar ya banyak.
karena sekarang kan banyak wisatanya di Batu, kalau dulu hanya cangar, songgoriti, coban rondo, itu-itu saja sekarang jadi banyak, ada musium angkut, eco green park jadinya orang-orang itu wisatanya nggak hanya ke
Pewawancara  : kalau dulu sebenarnya kota Batu kan masyarakatnya Agraris (berkebun, punya lahan pertanian) sekarang karena kota Batu dijadikan sebagai kota Wisata jadi banyak masyarakat yang beralih profesi, jadi masyarakat industri. Bagaimana pendapat mbak?
Halimah           : kalau udara jujur sejukan dulu, sekarang ini Batu panas,banyak bangunan, dari yang dulu perkebunan, persawahan sekarang sudah jadi kavlingan buat kontrakan. Kalo saya sebagai orang Batu itu ya itu sudah nggak dingin. Malam juga sudah nggak dingin, kalau dulu tidur harus selimutan sekarang nggak perlu, soalnya sudah panas udaranya.
Pewawancara : bisa dibilang Batu dulu itu kan masyarakatnya agraris, lalu sekarang jadi industri pasti berdampak pada masyarakatnya, nah itu bagaimana mbak menyikapi?
Halimah           : dampaknya itu ya memang agak negatif sekarang, anak smp itu banyak kan kasus-kasus di koran. Misalnya yang di songgoriti kelas 3 smp sudah melakukan yang sehrusnya nggak dilakukan. Dampaknya ya banyak yang negatif soalnya jadi daerah wisata ini. Sekarang perkampungan aja sudah jadi homestay jadi mungkin pemikiran anak-anak itu ah nggak papa Cuma gitu aja. Banyak mbak disini kasus kayak gitu, sama keponakanya sendiri. Terus juga kecanggihan teknologi itu, anak sekarang kan gitu mbak, keponakan saya itu dari pagi sampai sore bisa betah lama-lama di depan komputer, kalau nggak ada yang negor ya keterusan itu. Maksudnya itu perubahanya sampai kayak gitu kalau dibilangi mamanya mbentak. Jadi berani sama orangtua.
Pewawancara : Batu sebagai kota wisata, banyak mengundang wisatawan. Lalu bagaimana pengaruhnya dengan orang Batu?
Halimah           : iya mbak, sekarang sama dulu itu beda banget mbak, sekarang anak remaja pakai pendek-pendek sudah biasa.  Bahkan yang makan disini ya bukanya saya sok, gimana ya, malu kadang perempuan kayak gitu, terus duduknya gimana-gimana gitu walaupun pakai celana ya. Gitu saya kalau ada yang beli kayak gitu, saya layani tapi terus saya tinggal kemana, ke teman, kadang kan mereka dilihati sama orang yang lagi nyapu, oh itulo ada cewek, kalau orang jalanan kan gitu, orang parkir, oh yang makan mi itulo gini gini, jadi ya saya tinggal. Apalagi kan ya denger-denger saya ya gak begitu tahu ya, setelah dolly itu ditutup banyak yang lari ke Batu, ke Tretes jadi ya udah biasa remaja cewek, orang perempuan pakai pendek.  Seumpama mbak mau nongkrong dari pagi sampai malem itu banyak banget yang kayak gitu. Kalau dulu saya masih bantuin ibu saya jualan disini sekitar tahun 2000an yang pakai pendek itu cuma orang cina yang beli susu beli apa gitu rata-rata orang Cina. Sekarang anak Batu sendiri aja udah banyak yang kayak gitu, sayang gitulo, wong saya juga punya anak perempuan.
Pewawancara  : Apa harapan mbak kedepan untuk kota Batu pada umumnya dan Alun-alun Batu pada khusnya?
Halimah           : gimana ya, kalau dulu itu kan sejuk mbak, masih banyak pepohonan, ya bagus sih sekarang, anak –anak nggak harus ke tempat wisata yang mahal-mahal disini kan bisa.  Cuma ya gitu perubahan perilaku masyarakatnya itulo. Kalau pingin Batu jadi Hijau kembali kayaknya susah ya mbak, solanya lahanya udah jadi Hotel, jadi kontrakan, perumahan. Tapi kayak di desa itu yang lahanya di buat jadi lokasi petik jeruk di Punten. Udah ada kemajuan. Rumah-rumah yang punya lahan bisa dimanfaatin bukan Cuma ngandelin panen kirim panen kirim sekarang sudah ada wisatawan yang dateng. Jadi ya positif kalau itu. Terus harapanya ya pedagang kaki lima ini bisa tertib, ada lokasi untuk kaki lima biar nggak ada pedagang yang jualan di trotoar biar pengunjung banyak yang dateng. Sama harusnya Batu nggak hanya dikembangkan pariwisatanya tapi juga lingkunganya diperhatikan biar tetep sejuk, sama masyarakatnya itu biar nggak terpengaruh sama yang negatif-negatif, itu harusnya diperhatikan juga.

Narasumber 2

Nama Narasumber      : Agus
Usia                             : 40 tahun
Profesi                         : Pedagang bubur ayam di alun-alun Batu
Asal                             : Bumiaji – Batu
Pewawancara  : Sebelum berjualan bubur, profesi bapak apa?
Agus                : saya itu kan jualan bubur udah 5 tahun mbak, sebelumnya saya kan punya ternak kambing tapi cari rumputnya itu kadang susah jadi yo saya jual aja terus ikut sodara saya jualan bubur akhirnya sekarang jualan sendiri disini.
Pewawancara  : kenapa pak kok susah cari rumputnya?
Agus                : di daerah saya itu kan deket sama kota, kalo dulu itu yo masih banyak rumputnya sekarang-sekarang ini sudah dibangun rumah-rumah jadi yo kalau ada pun agak jauh dari rumah mbak.
Pewawancara  : lalu dengan sekarang jualan bubur ini gimana pak?
Agus                : ya lumayan lah mbak di syukuri aja.
Pewawancara  : Perbedaan kota Batu dulu dengan sekarang, kota Batu menjadi kota Wisata?
Agus                : kalau dulu itu masih sepi mbak, sekarang kan banyak yang ke Batu soalnya rame wisatanya banyak jadi maju
Pewawancara  : lalu menurut bapak apakah hal itu positif atau negative?
Agus                : ya positif aja sih mbak soalnya kan jadi maju
Pewawancara  : lalu bagaimana perbedaanya misalnya cuacanya? Masyarakatnya?
Agus                : kalau cuacanya se sekarang panas mbak soalnya kan kalau dulu itu masih banyak pohon, Batu itu masih sejuk dulu kalau sekarang panas banyak bangunanya.
Pewawancara  : kalau dulu sebenarnya kota Batu kan masyarakatnya Agraris (berkebun, punya lahan pertanian) sekarang karena kota Batu dijadikan sebagai kota Wisata jadi banyak masyarakat yang beralih profesi, jadi masyarakat industri. Bagaimana pendapat bapak?
Agus                : iya mbak, kalau dulu kan banyak yang bertani, ternak, kalau sekarang lahanya udah semakin banyak di didirikan bangunan, wisata, jadi ya banyak yang dijual, terus dijadikan villa, di jual ke pengembang, terus mereka bekerja jualan, bekerja di parkir, di wisata.
Pewawancara  : lalu dengan seperti itu, bagaimana pendapat bapak?
Agus                : ya gakpapa sih mbak, kan itu punya mereka sendiri, cuman kalau dijadikan bangunan semua ya panas itu mbak, udaranya jadi nggak sejuk.
Pewawancara  : harapan bapak kedepanya bagaimana?
Agus                : ya biar masyarakat semakin maju, tapi juga pinginya Batu sejuk lagi seperti dulu tapi kayaknya susah ya mbak soalnya kan udah banyak bangunan juga.

KESIMPULAN
Menurut narasumber 1, ia mengungkapkan bahwa di satu sisi ia tidak setuju dengan perubahan masyarakat yang dulunya agraris menjadi industry karena perubahan yang signifikan terhadap masyarakat sekitar Batu karena dengan di bentuknya kota Batu menjadi kota Wisata yang menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat industry membuat pola pikir masyarakat terutama remaja menjadi termodernisasi karena pengaruh dari wisatawan dan modenisasi kota Batu yang terjadi. Disisi lain, ia setuju dengan perubahan itu, karena sebagai pedagang merasa untung karena banyaknya pembeli meskipun saat ini lebih banyak pesaing. Sedangkan Narasumber 2 mengungkapkan bahwa ia setuju dengan perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industry karena memajukan masyarakatnya juga kota nya, meskipun ia mengungkapkan bahwa dengan adanya perubahan itu lingkungan menjadi kurang sejuk akibat banyak didirikan bangunan.